Thursday, 14 February 2013

" Bahaya plastik pembungkus makanan bagi kesehatan "


Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan.Sebaiknya mulai sekarang Anda cermat memilik kemasan makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,kemudahan,penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya.Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai.Jaman dahulu yang namanya wadah danpembungkus makanan dan bahan makanan, tidak lepas dari bahan-bahanyang bersumber dari alam khususnya daun-daunan seperti daun pisang, daun jagung, hingga wadah yang dianyam dari bambu, seperti besek misalnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup, wadah danpembungkus makanan alami tersebut mulai ditinggalkan masyarakat dan diidentikan dengan kumuh, tidak higienis, tidak praktis, perlahan berganti dengan pembungkus/wadah buatan manusia yang kini biasa kita gunakan seperti kertas, pastik, kaleng dan styrofoamSelama ini, wadah danpembungkus makanan buatan yang modern itu memang menciptakan kesan praktis, simple dan bersih. Bagaimana dengan sisi negatifnya? seberapa aman wadah dan pembungkus buatan bagi kesehatan?

Ragam Wadah/Pembungkus&Resikonya

1. Plastik
Bahan pengemas yang satu ini mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas. Jenis plastik sendiri beraneka ragam, ada Polyethylene, Polypropylen, Poly Vinyl Chlorida (PVC), dan Vinylidene Chloride Resin. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam tubuh akan menyebabkan kanker. Bila makanan dibungkus dengan plastik, monomer-monomer ini dapat berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang mengkonsumsinya.Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses (kotoran).
Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Sebuah penelitian di Jepang mengindikasikan, polysterene dapat menjadi penyebab kanker dan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Sedangkan Poly Vinyl Chlorida dan Vinylidene Chloride Resin merupakan dioksin, yaitu senyawa kimia yang digolongkan sebagai penyebab utama kanker karena sifatnya yang sangat beracun.Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dari material plastik dan bahan kimia penyusunnya. Perpindahan monomer-monomer plastik ke dalam makanan dipicu oleh beberapa hal, yaitu panas, asam dan lemak. Jadi, sebaiknya sayur bersantan, susu dan buah-buahan yang mengandung asam organik tidak dibungkus plastik dalam keadaan panas, ataupun kalau terpaksa jangan digunakan terlalu lama.Penggunaan plastik boleh digunakan jika bahan yang dimasukkan dalam keadaan dingin.
Namun demikian memang ada plastik khusus yang bertuliskan tahan lemak dan tahan dingin. Akan tetapi tetap saja Plastik jenis ini hanya boleh dipakai selama bahan yang dimasukkan tidak panas. Semakin tinggi suhu makananyang dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan ini. Apalagi bila makanan berbentuk cair seperti bakso, mie ayam, sup, sayuran berkuah dan sebagainya. Saat makanan panas ini dimasukkan ke dalam plastik, kita bisa lihat plastik menjadi lemas dan tipis. Inilah tanda terputusnya ikatan-ikatan monomer.


Kalaupun terpaksa menggunakan plastik sebagai pembungkus, usahakan secepat mungkin makanan dapat dipindahkan ke wadah yang aman, karena semakin lama kontak makanan dengan plastik, semakin banyak bahanberbahaya yang pindah ke makanan. Perpindahan monomer juga terjadi bilamakanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Karena itu, usahakan menghindari air minum dalam kemasan yangterpapar matahari, atau permen yang telah lengket dengan pembungkusnya karena leleh oleh panas. Perhatikan juga untuk tidak menuang air minum atau sayuran panas ke dalam wadah plastik dan menggunakan alat-alat makan dari plastik saat makanan masih panas. Pilih makanan yang dikukus dengan dibungkus daun, bukan plastik seperti lemper, lontong kue lupis dan sejenisnya.
Yang relatif lebih aman digunakan untuk makanan adalah Polyethylene yangtampak bening, dan Polypropylen yang lebih lembut dan agak tebal. Poly Vinyl Chlorida (PVC) biasanya dipakai untuk pembungkus permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup karena amat tipis dan transparan. Sedangkan Vinylidene Chloride Resin dan Poly Vinyl Chlorida (PVC) bila digunakan mengemas bahan yang panas akan tercemar dioksin, suatu racun yang sangat berbahaya bagi manusia.Dioksin ini bersifat larut dalam lemak, maka terakumulasi dalam pangan yang relatif tinggi kadar lemaknya. Kandungan dioksin tersebar (97,5%) ke dalam produk pangan secara berurutan konsentrasinya yaitu daging, produk susu, susu, unggas, daging babi, daging ikan dan telur. Oleh karena itu penggunaan plastik ini sering digunakan sebagai pembungkus permen, pelapis kertas nasi dan bahan penutup karena amat tipis dan transparan.

2. Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah,lebih aman, serta ringan. Pada Juli 2001,Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan Styrofoam yang ringan dan praktis ini masuk dalam kategori jenis plastik.
Berasal dari foamed polysterene (FPS) dengan bahan dasar polysterene dan berciri khas ringan, kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai, termasuk dalam industri makanan instan. Namunbahan ini sebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik.Untuk memperkuat Styrofoam ditambahkan bahan butadiene sejenis karet sintetis, sehingga warnanya berubah dari putih jernih menjadi putih susu. Supaya lentur dan awet, ditambah lagi dengan zat plasticer seperti dioktiptalat (DOP) dan butyl hidroksi tolune (BHT).
Kandungan zat pada proses terakhir inilah menurut penelitian kimia LIPI dapat memicu timbulnya kanker dan penurunan daya pikir anak. Kemudian proses pembuatannya ditiup dengan memakai gas chlorofluorocarbon (CFC). CFC merupakan senyawa gas yang disebut sebagai penyebab timbulnya lubang ozon di planet Bumi. Saat ini sejumlah peralatan eketronik seperti kulkas dan AC dilarang menggunakan bahan bersenyawa CFC. Selain itu bahan dasar plastik yang dikenal dengan monomer strine yang mengandung racun mudah bermigrasi, dan dikhawatirkan mencemarkan makanan. Menurut Zaim Saidi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, migrasi tersebut dapat terjadi karena monomer plastik, terutama stirena bisa larut dalam air. Sementara itu, Menurut Prof. Aisjah Girinra, ahli biokimia pada lab Biokimia FMIPA-IPB, Styreneyang menjadi bahan dasar styrofoam bersifat larut lemak dan alkohol. Berarti wadah dari jenis ini tidak cocok dijadikan wadah susu atau yoghurt yangmengandung lemak tinggi.
Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim. Bila pengemas ini digunakan untuk mengemas makanan bersuhu tinggi, maka kandungan kimianya dapat terurai dan masuk terakumulasi dalam tubuh.Makin lama makanan atau minuman kontak dengan permukaan plastik, migrasi zat racun akan meningkat. Karena sifatnya akumulatif maka akibatnya baru akan terasa 10-15 tahun kemudian. Pada restoran siap saji banyak memakai wadah syrofoam untuk menyuguhkan kopi panas. Hal ini lebih didasarkan pada kelebihan styrofoam yang ringan, tahan bocor dan mampu menahan panas sampai beberapa waktu.
Produk-produk sup dan minuman hangat di restoran cepat saji pun menggunakan wadah ini. Begitu pula produk-produk makanan instan, mesti diseduh dalam wadahnya yang terbuat dari styrofoam. Mie instan, bubur ayam instan misalnya. Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan styrofoam.Dari hasil survei yang di lakukan di AS pada tahun 1986, ditemukan 100 persen jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun berikutnya, kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yangbisa memunculkan gejala gangguan saraf. Sebuah studi di New Jersey, AS, menemukan bahwa 75 persen ASI mengalami kontaminasi styrene yangberasal dari konsumsi ibu yang menggunakan wadah styrofoam.
Pada ibu-ibu yang mengandung, styrene juga bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta. Dampak jangka panjang dari menumpuknya styrene di dalam tubuh adalah gejala saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia. Pada anak, selain menyebabkan kanker, sekian tahun kemudian styrene juga menyerang sistem reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan mandul. Anakyang terbiasa mengkonsumsi styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif. Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif terhadap suhu tinggi.
Ambang batas styrene di dalam tubuh sangat sedikit, sehingga bila melebihi batas maka akan mengakibatkan gangguan-gangguan saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia serta kesuburan menurun.Di negara-negara maju seperti Jepang dan negara Eropa pengemas ini sudah dilarang, sedangdi Cina masih menjadi polemik. Tidak diperbolehkannya dipergunakan selain alasan yang berhubungan dengan kesehatan juga berhubungan dengan pemusnahannya yang sangat sulit membusuk. Di Indonesia pengemas ini malah mulai ngetren dengan harga yang relatif murah.Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat, sebaiknyamakanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam. Sedangkan penggunaannya sebagai wadah, harus diperhatikan untuk mendinginkan makanan terlebih dahulu sebelum memasukkan dalam wadah styrofoam. Makanan instan dan restoran yang menggunakan wadah ini, sebaiknya dihindari demi kesehatan kita dan keluarga kita. Salah satu cara untuk mengantisipasinya adalah dengan tidak sering menggunakan benda tersebut.

3. Kertas
Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebi hi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan Koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbale makanan tsb.Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.Penggunaan kertas sebagai bahan pembungkus telah menjadi hal yang umum dimasyarakat sebagaimana digunakannya plastik dan Styrofoam. Umumnya kertas yang digunakan adalah kertas koran atau kertas bekas. Ada pula, kertas nasi yang dilapisi plastik serta kertas yang telah mengalami pemutihan.
Faktanya kertas memang paling banyak digunakan untuk membungkusmakanan dari makanan gorengan sampai makanan yang memerlukan penyimpanan lama seperti teh celup dll. Pada bahan makanan mentah kertas juga digunakan untuk membungkus sayuran, ikan kering bahkan bumbu dapur (kalau kita belanja di pasar tradisional atau warung), sampai aneka ragam gorengan, peuyeum, dan sebagainya. Padahal, bila bagian kertas yangbertinta terkena panas dari makanan, minyak dari gorengan atau bagian cair dari makanan, maka tinta akan terlarut dalam makanan.Tinta mengandung unsur dasar timbal (Pb) atau timah hitam yang beracun dan tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan. Unsur ini sama dengan yang terdapat pada polutan dari kendaraan bermotor. Bila timbal tersebut terakumulasi dalam tubuh maka akan menyebabkan gangguan saraf dan bahkan dapat menyebabkan kanker.
Pada suatu penelitian wanita hamil yang banyak terakumulasi timbal, dapat mengakibatkan cacat bawaan pada janin dan merusak otak sehingga kecerdasan anak rendah. Pada laki-laki dewasa, timbal menurunkan kualitas sperma sehingga mempersulit punya keturunan (mandul). Dan pada anak-anak, timbal mengakibatkan penurunan daya konsentrasi dan kecerdasan. Penggunaan Kertas yang telah diputihkan dan sering digunakan sebagaipembungkus teh celup juga berbahaya bagi tubuh. Kertas ini berbahaya karena sudah ditambahkan bahan pemutih (chlorine), suatu unsur yang dapat menimbulkan kanker.
Contoh yang menggunakan kertas ini adalah teh celup dan tissue. Bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin, suatu senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan kita. Tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin, yaitu 1-4 pikogram (sepertriliun gram) dioksin per-kilogram berat badan.Dalam jumlah sedikit saja sudah sangat berbahaya, apalagi bila dalam jumlah besar maka dioksin akan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Konsentrasi lebih tinggi lagi akan menyebabkan penyakit kulit chloracne (jerawat yang parah disertai dengan erupsi kulit dan kista). Selain itu dioksin juga akan menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis.
Pada wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim.Oleh karena itu untuk menghindarkan hal-hal di atas bila tidak terpaksa gunakan teh (teh tubruk) secara langsung, dan gunakanpembungkus yang aman seperti daun pisang dan aluminium foil.Itulahbahan-bahan pembungkus dan wadah makanan yang berbahaya. Dengan kondisi masih rendahnya kesadaran masyarakat, maka selain pensosialisasian masalah, kita juga mulai harus meningkatkan kehati-hatian. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati ?

4. Kaleng
Kaleng yang dipergunakan untuk mengemas makanan itu cukup aman sebatas tidak berkarat, tidak penyok dan tidak bocor. Namun demikian bila kita akan mengonsumsi makanan yang dikemas dalam kaleng ini perlu melakukan pemanasan ulang. Yakni kurang leblh l5 menit untuk menghindarkan adanya E-coli yang sangat mematikan.

5. Gelas
Gelas merupakan bahan pengemas yang aman. Gelas banyak digunakan untuk mengemas minuman ataupun makanan yang telah diproses melalui proses fermentasi seperti acar, taoco, kecap, dan lain-lain.

6. Styrofoam Karsinogenik?
“Beberapa wadah mie instan berbentuk gelas atau mangkuk mengandung risiko yang tinggi, karena biasanya mi yang berada dalam wadah tersebut dituang dengan air panas dan mie-nya langsung dimakan. Padahal dari penelitian YLKI, wadah tersebut terbuat dari polystyrene yang diduga bersifat karsinogenik,” demikian Ilyani Sudardjat, staf Bidang Penelitian YLKI. YLKI memang dalam Warta Konsumen edisi April 2000 tadi menurunkan hasil surveinya tentang kemasan plastik untuk makanan/minuman dan ancamannya terhadap konsumen sebagai laporan utama. Selain polystyrene yang masih diragukan keamanannya oleh YLKI, konsumen perlu mewaspadai kemasan plastik yang mengandung polivinyl chloride (PVC), karena selain bersifat karsinogenik juga mengandung dioksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Beberapa wadah fast-food yang dijajakan dipusat perbelanjaan, ternyata mengandung PVC berkadar lebih dari 95 persen; begitu pula plastic wrap berupa plastik sangat tipis yang diklaim tidak lumer dalam microwave oven. “Ini tentu menyesatkan.
Ada produsen plastic wrap yang menyatakan bahwa produknya food grade,yang aman dan tidak mengandung toksin selama digunakan pada fungsi yangsebenarnya. Namun, siapa dapat menjamin pemanasan dengan microwave oven tidak akan mengurai molekul plastik? Juga tidak ada jaminan semua kemasan plastik yang masuk ke Indonesia tidak mengandung residu monomeryang berbahaya,” kata Ilyani pula. Seyogianyalah konsumen waspada dan pedagang tidak menyesatkan. Tidak sedikit kita saksikan penjual makananjajanan seperti Bakso, Mie Ayam, bubur ayam dll, menggunakan Styrofoam sebagai wadah pengganti piring yang mengandung polistiren. Dengan kuahyang panas, tidak mustahil sebagian molekul polistiren terlarut dan masuk ke dalam tubuh para konsumen. Ini tentu bukan hanya ulah pedagang dengan dalih “praktis” dan tak perlu lagi mencuci mangkuk bekas pakai-karena banyak penjaja makanan cepat saji lain di berbagai pertokoan juga melakukan halyang sama.

Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.

Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?



1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/ tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.

2. HDPE
 (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.

6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan kPolystyrene foam containers are a common nuisance worldwide: they cause pollution in their production, they are a waste of resources since they are used only once, they don’t biodegrade for hundreds of years, and they release toxic gases when burned. The styrene may even be a health concern as it can leach out of the packaging and into human fat tissue.etika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.


7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.

Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.
Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya.
Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang.
Sumber : http://elits38.wordpress.com dan Dari berbagai sumber.

1 comment:

  1. Wah lengkap banet dah pembahasan Kemasan Makanan nya.
    Panjang banget mbak :)

    ReplyDelete